Pengembangan Software: Sains atau Seni?
Pengembangan software itu sains atau seni? Sampai sekarang perdebatan ini belum selesai. Kalau dilihat dari tempat di mana pelajaran pengembangan software...
Belajar Sains dari Mac Gyver
Mungkin anda pernah menonton sebuah serial TV yang terkenal di tahun 90-an, Mac Gyver. Pada masanya, serial TV ini membawa...
Anak Indonesia Kembali Jawara Fisika dan Kimia
Kembali, siswa Indonesia unjuk gigi di ajang dunia. Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) sukses menggondol 2 emas, 2...
Belajar Membumikan Sains dari Resesi Ekonomi Amerika
Resesi ekonomi di Amerika merupakan fenomena yang berdampak global, tentu saja wacana ini lebih tepat bila diulas oleh para pakar...
Sains dan Teknologi: Alien di Negeri Sendiri
Orang awam mana yang ingat bahwa tiap 10 Agustus kita memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas)? Tanyakan saja ke sembarang...
Orang awam mana yang ingat bahwa tiap 10 Agustus kita memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas)? Tanyakan saja ke sembarang orang yang kita jumpa di tengah jalan. Dijamin mereka bengong waktu ditanya apa itu Hakteknas. Padahal tahun ini Hakteknas sudah diperingati ke-13 kalinya.
Apakah ini artinya sains dan teknologi memang bukan hal yang populis di Indonesia? Bisa jadi ya. Lantas, tahukah Anda bahwa selama ini berita di koran sudah cukup marak dengan prestasi ilmuwan muda kita? Mulai dari menggondol beragam medali di ajang Olimpiade Fisika Dunia, Olimpiade Astronomi Dunia, Olimpiade Kimia Dunia, Olimpiade Matematika Dunia, dan banyak lagi. Yohanes Surya dengan tim kebanggaannya juga masih semangat dengan obsesinya agar ilmuwan kita ada yang meraih Nobel suatu saat nanti.
Anggaran Minim?
Berani bertaruh, dari sekian banyak ilmuwan muda Indonesia itu, IQ-nya pasti di atas rata-rata. Mereka bisa masuk kategori genius, cerdas, pintar, membanggakan. Bisa jadi juga alumni jawara-jawara bidang sains itu kini ada yang bersemayan di aneka intitusi sains bergengsi dunia seperti Massachusets Institute of Technology (MIT), NASA, Harvard, dan sejenisnya. Penulis di Netsains ini saja tak sedikit adalah orang-orang muda berprestasi akademis cemerlang yang tersebar ke seantero dunia.
Semua itu bukti syah bahwa sumber daya manusia Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. Kalau orang Indonesia bodoh, mustahil bisa masuk MIT, Harvard, NASA, dan juara olimpiade sains kan? Jadi jelas sudah kita bukan bangsa yang bodoh. Itu fakta. Namun menjadi suatu misteri tiada akhir, jika memang kita bukan bangsa yang bodoh, lalu kenapa negara kita belum jua mampu menyejahterakan rakyatnya?
Sejak 30 Juli-8 Agustus kemarin, Netsains menggulirkan polling dengan pertanyaan: “Prestasi siswa Indonesia di kancah sains dunia cukup membanggakan. Tapi kenapa perkembangan sains kita tidak?”
Hasil polling tersebut mengatakan bahwa kondisi tersebut adalah karena:
Pemerintah kurang berperan (52%, 15 Votes)
Sains hanya untuk sebagian orang (24%, 7 Votes)
Kondisi tidak mendukung (14%, 4 Votes)
Industri kurang berperan (10%, 3 Votes)
Total Pemilih: 29
Sebanyak 52% voter menyalahkan pemerintah. Bisa jadi ada benarnya. Anggaran Iptek terhadap PDB sejak tahun 2000 alami penurunan dari 0,052% menjadi 0,039% pada tahun 2002, sedangkan organisasi dunia UNESCO, merekomendasikan rasio anggaran Iptek yang memadai adalah sebesar 2%.
Bukan hanya masalah dana, sampai saat ini pemerintah juga lebih cinta mengimpor aneka teknologi dari luar daripada mengembangkan buatan ilmuwan anak negeri. Perhatian terhadap sains dan teknologi masih terbatas pada lomba-lomba dan anugerah penghargaan belaka.
Menara Gading
Jawaban bahwa sains hanya untuk sebagian orang menempati urutan kedua (24%), membuktikan bahwa ilmuwan dan dunia sainsnya masih terkungkung dalam menara gading. Instansi bidang sains seperti LIPI, BPPT, atau lembaga riset swasta, hanya menciptakan alienasi bagi dirinya sendiri. Bisa dikatakan dunia sains masih gagal menyosialisasikan baik hasil temuannya, pemikirannya maupun individunya sendiri.
Hasil poling sebutkan faktor lain adalah kondisi tidak mendukung (14%, 4 Votes) dan industri kurang berperan (10%, 3 Votes). Kondisi yang dimaksud mungkin akibat keadaan ekonomi dan politik yang tak kunjung membaik, maka pengembangan sains lokal kurang mendapat perhatian. Dalam peringatan Hakteknas kemarin di Istana Presiden, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, diberikan penghargaan kepada sejumlah anak bangsa yang dianggap berprestasi di bidang sains dan teknologi. Namun, apa hasil yang bisa dinikmati masyarakat dari semua anugerah penghargaan tersebut? Yang heboh justru isu Blue Energy yang ternyata palsu belaka.
Akibat pemerintah kurang bertekad memajukan sains, produk sains kurang sosialisasi dan kondisi tak mendukung itu, maka jangan salahkan juga kalau kalangan industri tidak menyambutnya. Hasil poling menempatkan faktor industri yang kuran berperan dalam urutan terakhir (10%, 3 Votes).
Alien di Negeri Sendiri
Gepost door c_mutsz | Labels: sains only |
Abonneren op:
Reacties posten (Atom)
Geen opmerkingen:
Een reactie posten